Saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan saktah, hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar
Aku di matamu mungkin bagaikan nun mati diantara idgham billaghunnah, terlihat, tapi dianggap tak ada…
Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti idzhar, jelas dan terang
Namamu ibarat ikhfa bagiku, selalu mendengung-dengung di telingaku
Jika mim mati bertemu ba disebut ikhfa syafawi, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta
Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba-tiba semua itu seperti idgham mutamaatsilain, melebur jadi satu.
Cintaku padamu seperti mad lazim, paling panjang di antara yang lainnya
Setelah kau terima cintaku nanti, hatiku rasanya seperti qalqalah kubro, terpantul-pantul dengan keras
Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti iqlab, ditandai dengan dua hati yang menyatu
Sayangku padamu seperti mad thobi’i dalam Al-Qur’an. Buanyaaakkk beneerrrrr….
Semoga dalam hubungan kita ini seperti idgham bilaghunnah yang cuma berdua, lam dan ro’
Meski perhatianku gak terlihat seperti alif lam syamsiah, namun cintaku padamu seperti alif lam qomariah, terbaca jelas
Kau & aku sepeti idgham mutajanisain, perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan sifatnya
Dan layaknya huruf tafkhim, namamu pun bercetak tebal di pikiranku
Semoga aku jadi yang terakhir untuk kamu seperti mad aridlisukun
Subhanallah…
Sungguh bahagia insan yang telah menemukan cinta sejatinya, mereka ibarat tasbih & benang pengikatnya yang terajut menjadi satu untaian yang selalu disentuh satu demi satu oleh insan mulia yang bibirnya basah akan cinta kepada Rabb